Header Ads Widget

Responsive Advertisement

Ticker

6/recent/ticker-posts

Kalteng Berpotensi Abrasi Tinggi, GAPKI Kelola 50 Hektar Lahan Mangrove

 

KOBAR, nuansakalteng.my.id - Kerusakan garis pantai menjadi ancaman bagi keseimbangan alam di Provinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan kajian resiko bencana nasional Provinsi Kalimantan Tengah, gelombang ekstrem yang muncul akibat siklon tropis ini menimbulkan potensi abrasi di Kalimantan Tengah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) disebut memiliki luasan abrasi tertinggi di Kalteng.

“Kabupaten Kobar sangat memerlukan berbagai upaya pencegahan. Hal ini mendesak untuk dilakukan oleh semua pihak,” tegas Pejabat Bupati Kotawaringin Barat, yang diwakili oleh Asisten II Setda Kobar, Kamaludin dalam acara penanaman bakau atau mangrove yang diselenggarakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Desa Sebuai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sabtu (14/09/2024)

Kegiatan yang merupakan tahap ketiga ini diinisiasi oleh GAPKI bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) dan melibatkan Kelompok Tani Talok di Desa Sebuai, Kobar ini dilakukan di atas lahan 20 Hektar dengan menggunakan 55 ribu bibit mangrove.

Mukti Sardjono Direktur Eksekutif GAPKI, mengungkapkan sebanyak 88 ribu pohon mangrove berhasil dikelola pada 30 hektar pesisir pantai dalam tiga tahun terakhir. “Keberhasilan pengelolaan mangrove ini ditunjukkan dari tingkat kelangsungan hidup mangrove yang mencapai 90 persen,” kata Mukti.

Dengan adanya program rehabilitasi di 2024 ini, maka kegiatan yang telah berjalan sejak 2021 tersebut telah menanam lebih dari 140 ribu mangrove di atas 50 hektar lahan. “Kegiatan ini sebagai komitmen GAPKI dalam pelestarian lingkungan yang berkesinambungan,” tegas Mukti.

Kemudian, Ia berharap, kegiatan ini dapat menggugah seluruh pihak akan pentingnya penanganan abrasi.

Tohari Kepala Desa Sebuai, menyampaikan program rehabilitasi yang diinisiasi GAPKI bersama dengan Kemenko Marves memberikan dampak panjang yang luar biasa. Menurutnya, bukan hanya mampu menahan abrasi dengan sangat efektif, rehabilitasi mangrove juga menciptakan ekosistem baru bagi biota laut.

“Pergeseran abrasi pantai terus bertambah akibat perubahan iklim, rehabilitasi mangrove menjadi langkah nyata dalam penanganan abrasi. Investasi ini memberikan dampak langsung kepada seluruh lapisan masyarakat dan tentu saja untuk lingkungan, terutama sebagai sumber tumbuh kembangnya ekosistem laut," ungkap Tohari.

Menurutnya, area konservasi mangrove tidak hanya menjaga ekosistem pantai secara berkelanjutan, namun mampu memberikan kehidupan baru bagi tumbuhan dan binatang yang memberikan manfaat dan mata pencaharian baru bagi masyarakat setempat di Desa Sebuai. (Red NK)

Posting Komentar

0 Komentar